Minggu, 08 Mei 2016

angina pectoris dan kasus

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Suatu pola hidup yang tidak sehat tentunya akan menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan. Utamanya pada sistem kardiovaskular. Keluhan utama yang sering terjadi pada gangguan system kardiovascular ialah nyeri dada, berdebar-debar dan sesak napas. Keluhan tambahan lainnya yang mungkin menyertai keluhan utama ialah perasaan cepat lelah, kemampuan fisik menurun dan badan terasa lemas serta sering berkeringat dingin dengan perasaan tidak enak pada perut bagian atas.
Penyakit angina pectoris merupakan suatu sindroma gangguan pada dada berupa perasaan nyeri, terlebih saat sedang berjalan, mendaki, sebelum atau sesudah makan. Angina (angina pektoris) adalah nyeri dada yang bersifat sementara, dapat juga merupakan rasa tertekan pada dada, yang terjadi karena otot jantung mengalami kekurangan oksigen akibat terganggunya aliran darah ke arteri yang mengalirkan darah ke arahnya. Penyumbatan atau penyempitan arteri jantung yang mengakibatkan angina adalah jika penyumbatannya mencapai 70%.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penyusun dapat membuat rumusan masalah seperti berikut.
a.       Apa yang dimaksud dengan angina pectoris?
b.      Apasajakah etiologi dari penyakit angina pectoris?
c.       Bagaimana patofisiologi dari penyakit angina pectoris?
d.      Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit angina pectoris?
e.       Apasajakah jenis-jenis dari penyakit angina pectoris?
f.       Bagaimana diagnosis dari penyakit angina pectoris?
g.      Bagaimana pencegahan dari penyakit angina pectoris?
h.      Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit angina pectoris?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah seperti berikut ini.
a.       Untuk mengetahui definisi angina pectoris
b.      Untuk mengetahui etiologi dari penyakit angina pectoris
c.       Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit angina pectoris
d.      Untuk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit angina pectoris
e.       Untuk mengetahui jenis-jenis dari penyakit angina pectoris
f.       Untuk mengetahui diagnosis dari penyakit angina pectoris
g.      Untuk mengetahui pencegahan dari penyakit angina pectoris
h.      Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit angina pectoris













BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi Angina Pectoris
Angina Pektoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Masyarakat awam biasanya menyebutnya Angin duduk atau Masuk angina duduk. Penyakit angina pectoris ini ditemukan oleh Herbeden pada tahun 1772. Dia menemukan suatu sindroma gangguan pada dada berupa perasaan nyeri, terlebih saat sedang berjalan, mendaki, sebelum atau sesudah makan. Nyeri itu sebenarnya tidak hanya karena kelainan organ di dalam toraks, akan tetapi juga dari otot, syaraf, tulang dan faktor psikis.
Penyakit angina pectoris ini juga disebut sebagai penyakit kejang jantung. Penyakit ini timbul karena adanya penyempitan pembuluh koroner pada jantung yang mengakibatkan jantung kehabisan tenaga pada saat kegiatan jantung dipacu secara terus- menerus karena aktifitas fisik atau mental. Angina Pectoris sering digambarkan sebagai kejang otot dan sensasi tercekik, “angina” digunakan terutama untuk menggambarkan dada (toraks) nyeri yang diakibatkan oleh pasukan oksigen yang tidak memadai untuk otot jantung.
Sebuah episode angina bukanlah serangan jantung yang sebenarnya, melainkan rasa sakit yang disebabkan oleh karena otot jantung menerima darah terlalu sedikit untuk sementara waktu. Kondisi sementara mungkin merupakan hasil dari kegiatan yang berat seperti olahraga dan tidak selalu menunjukkan bahwa otot jantung mengalami kerusakan permanen. Bahkan, episode angina jarang menyebabkan kerusakan permanen otot jantung.
2.2  Etiologi Angina Pectoris
Penyebab dari angina pectoris yaitu aterosklerosis, spasme pembuluh darah koroner, pajanan terhadap dingin, makan makanan berat dan stress. Karena hal ini kelanjutan dari stenosis aorta berat, hipertropi kardiomiopati tanpa disertai obstruksi, peningkatan kebutuhan metabolism, takikardia peroksimal.
Angina pectoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen yang lebih pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang mengalami stress. Jika pada jantung mengalami penambahan beban kerja, tetapi supplay oksigen yang diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit pada jantung. Oksigen sangatlah diperlukan oleh sel miokard untuk dapat mempertahankan fungsinya. Oksigen yang didapat dari proses koroner untuk sel miokard ini,telah terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga wajar bila aliran koroner menjadi meningkat.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian oksigen pada jantung, adalah:
1.      Denyut jantungApabila denyut jantung bertambah cepat, maka kebutuhan oksigen tiap menitnya akanbertambah.
2.      KontaktilitasDengan bekerja, maka akan banyak mengeluarkan katekolamin (adrenalin dan nor adrenalin)sehinggadapat meningkatkan kontraksi pada jantung.
3.      Tekanan Sistolik Ventrikel KiriMakin tinggi tekanan, maka akan semakin banyak pemakaian oksigen.
4.      Ukuran JantungJantung yang besar, akan memerlukan oksigen yang banyak.
Faktor- faktor penyebab lainnya, antara lain adalah:
1.      Denyut jantung yang terlalu cepat
2.      Anemia (kurang darah)
3.      Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis yang disebabkan oleh sedikitnya alirandarahke katup jantung.
4.      Penebalan pada di dinding otot jantung - hipertropi- dimana dapat terjadi pada penderita tekanan darah tinggi sepanjang tahun.
2.3  Patofisiologi Angina Pectoris
Angina pectoris merupakan sindrom klinis yang disebabkan oleh aliran darah ke arteri miokard berkurang sehingga ketidakseimbangan terjadi antara suplay O2 ke miokardium yang dapat menimbulkan iskemia, yang dapat menimbulkan nyeri yang kemungkinan akibat dari perubahan metabolisme aerobik menjadi anaerob yang menghasilkan asam laktat yang merangsang timbulnya nyeri.

2.4  Tanda dan Gejala
Angina pectoris dapat dikenali dengan tanda-tanda seperti berikut:
a.     Kualitas nyeri dada yang khas, yaitu perasaan dada tertekan, merasa terbakar atau susah bernafas.
b.    Faktor pemicu seperti sedang emosi, bekerja, sesudah makan atau dalam udara dingin.
c.       Dapat pula berkeringat dingin, mual dan muntah, rasa lemas, berdebar dan rasa akan pingsan (fainting).
d.      timbul saat melakukan kegiatan fisik (angina stabil).
e.       Serangan ini akan hilang bila penderita menghentikan kegiatan fisik tersebut dan beristirahat.
f.       Serangan berlangsung hanya beberapa menit (1–5 menit) tetapi bisa sampai lebih dari 20 menit.

2.5  Jenis-Jenis AnginaP ectoris
2.5.1   Angina Pectoris Stabil,
Juga disebut angina klasik, terjadi sewaktu arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas fisik seperti berolahraga atau naik tangga. Pajanan dingin, terutama apabila disertai dengan kerja seperti menyekop salju, dapat meningkatkan kebutuhan metabolic jantung  dan merupakan stimulant kuat untuk terjadinya angina klasik.
Stress mental, termasuk stress yang terjadi akibat rasa marah serta tugas mental seerti berhitung, dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis ini biasanya menghilang apabila individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya. Sakit dada timbul setelah melakukan aktivitas. Lamanya serangan biasanya kurang dari 10 menit. Bersifat stabil tidak ada perubahan serangan dalam angina selama 30 hari.
2.5.2   Angina Pectoris Prizmetal
Angina Prizmetal ditandai dengan nyeri dada akibat iskemia miokard transien yang terjadi tanpa dapat diramalkan dan pada saat istirahat; nyeri sering terjadi di malam hari selama tidur REM  (gerakan mata cepat) dan bias memiliki siklus pola kekambuhan. Angina Prizmetal terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya sering terjadi pada saat istirahat atau tidur.
Pada angina Prizmetal (varian) suatu arteri koroner mengalami spasme yang menyebabkan iskemia jantung di bagian hilir. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan ateroskerosis. Pada lain waktu, arteri koroner tidak tampak mengalami sclerosis. Ada kemungkianan bahwa walaupun tidak jelas tampak lesi pada arteri, dapat terjadi kerusakan lapisan endotel yang samar. Hal ini menyebabkan peptide vasoaktif memiliki akses langsung ke lapisan otot polos dan menyebabkan kontraksi arteri koroner. Disritmia sering terjadi pada angina varian.
Angina prizmetal juga dapat terjadi akibat hiperaktivitas saraf simpatis, peningkatan curah kalsium di otot polos arteri, atau gangguan produksi atau pelepasan prostaglandin atau tromboksan  (ketidakseimbangan antara vasodilator koroner dan vasokonstriktor).


2.5.3   Angina Tidak Stabil
Angina tidak stabil merupakan kombinasi angina klasik dan angina varian, dan dijumpai pada individu dengan penyakit arteri koroner yang memburuk. Angina ini biasanya menyertai peningkata beban kerja jantung. Hal ini tampak terjadi akibat ateroskerosis koroner yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami spasme. Terjadinya spasme sebagai respon terhadap peptide vasoaktif yang dikeluarkan trombosit yang tertarik ke area yang mengalami kerusakan. Seiring dengan pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan serangan angina tidak stabil meningkat dan individu berisiko mengalami kerusakan jantung irreversible. Angina tidak stabil termasuk gejala infark miokard pada sidrom koroner akut dan memerlukan tindakan klinis yang menyeluruh, kadang-kadang termasuk perawatan di rumah sakit.

2.6  Diagnosa Angina Pectoris
2.6.1   Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram adalah tes yang mencatat impuls listrik dari jantung. Grafik yang dihasilkan dari aktivitas listrik dapat menunjukkan jika otot jantung tidak berfungsi dengan baik sebagai akibat dari kekurangan oksigen. Electrocardiogram juga berguna dalam menyelidiki kemungkinan abnormalitas jantung.
2.6.2   Stress Test
Bagi banyak orang dengan angina, hasil elektrokardiogram saat istirahat tidak akan menunjukkan adanya kelainan. Karena gejala angina terjadi selama stress (latihan fisik), fungsi jantung mungkin perlu dievaluasi di bawah tekanan fisik dari latihan. Tes stres dilakukan bersamaan dengan EKG sebelum, selama, dan setelah latihan untuk mencari kelainan terkait stress (latihan fisik). Tekanan darah juga diukur selama uji stres.

2.6.3   Angiogram
Angiogram, yang pada dasarnya sinar x dari arteri koroner, telah menjadi tes diagnostik yang paling akurat untuk menunjukkan keberadaan dan luasnya penyakit koroner. Dalam prosedur ini, digunakan tabung fleksibel (kateter) yang panjang dan tipis untuk melakukan manuver ke dalam arteri yang terletak di lengan atau pangkal paha.
Kateter ini akan dilewatkan lebih lanjut melalui arteri ke salah satu dari dua arteri koroner utama. Sebuah pewarna disuntikkan pada waktu itu untuk membantu sinar x “melihat” jantung dan arteri lebih jelas. Banyak sinar x singkat dibuat untuk menciptakan sebuah “film” darah mengalir melalui arteri koroner, yang akan mengungkapkan penyempitan yang mungkin dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke otot jantung dan gejala terkait angina.
2.6.4   Pemeriksaan Laboratorium.
Yang sering dilakukan pemeriksaan enzim; CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol LDH dan LDL. Trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti hyperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yang juga merupakan factor resiko bagi pasien angina pectoris
2.7  Pencegahan Angina Pectoris
Dalam kebanyakan kasus, pencegahan terbaik adalah mencegah sesuatu yang dapat menyebabkan serangan angina. Jika ia telah diberi obat darah tinggi oleh dokter, kepatuhan adalah suatu keharusan dan harus menjadi prioritas. Banyak profesional kesehatan–termasuk dokter, ahli gizi, dan perawat dapat memberikan saran berharga pada diet yang tepat, mengontrol berat badan, kadar kolesterol darah, dan tekanan darah.
Para profesional ini juga menawarkan saran tentang perawatan saat ini dan informasi untuk membantu berhenti merokok. Secara umum, mayoritas dari mereka dengan angina menyesuaikan hidup mereka untuk meminimalkan episode angina, dengan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan dan menggunakan obat jika dianjurkan dan perlu. Penyakit arteri koroner adalah masalah mendasar yang harus ditangani.
2.8  Penatalaksanaan Angina Pectoris
2.8.1   Terapi Farmakologi
a.    Golongan Nitrat
Nitrogliserin merupakan obat pilihan utama pada serangan angina akut. Mekanisme kerjanya sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah koroner. Efeknya langsung terhadap relaksasi otot polos vaskuler. Nitrogliserin juga dapat meningkatkan toleransi exercise pada penderita angina sebelum terjadi hipoktesia miokard. Bila di berikan sebelum exercise dapat mencegah serangan angina.
    
b.    Ca- Antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekwensi serangan pada beberapa bentuk angina. Cara kerjanya yaitu memperbaiki spasme koroner dengan menghambat tonus vasometer pembuluh darah arteri koroner (terutama pada angina Prinzmetal), dilatasi arteri koroner sehingga meningkatkan suplai darah ke miokard, dilatasi arteri perifer sehingga mengurangi resistensi perifer dan menurunkan afterload, efek langsung terhadap jantung yaitu dengan mengurangi denyut, jantung dan kontraktilitis sehingga mengurangi kebutuhan O2.

c.    Beta Bloker
Cara kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap miokard yang menyebabkan kronotropik dan inotropik positif, sehingga denyut jantung dan curah jantung dikurangi. Karena efeknya yang kadiorotektif, obat ini sering digunakan sebagai pilihan pertama untuk mencegah serangan angina pektoris pada sebagian besar penderita.

2.8.2   Terapi Nonfarmakologi
a.    Pasien harus berhenti merokok
b.    Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan
c.    Mengurangi stress
d.   Pengontrolan gula darah

2.8.3   Pembedahan
Prinsipnya bertujuan untuk memberi darah yang lebih banyak kepada otot jantung dan memperbaiki obstruksi arteri koroner. Ada 4 dasar jenis pembedahan:
a.    Ventricular aneurysmectomy: rekonstruksi terhadap kerusakan ventrikel kiri.
b.    Coronary arteriotomy: memperbaiki langsung terhadap obstruksi arteri koroner.
c.    Internal thoracic mammary: revaskularisasi terhadap miokard.
d.   Coronary artery baypass grafting (CABG): hasilnya cukup memuaskan dan aman yaitu 80-90% dapat menyembuhkan angina dan mortabilitas hanya 1% pada kasus tanpa kompilasi.
Metode terbaru lain di samping pembedahan adalah :
e.    Percutanecus transluminal coronary angioplasty (PCTA)
f.     Percutaneous ratational coronary angioplasty (PCRA)
g.    Laser angioplasty.















BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Angina Pektoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium.  Masyarakat awam biasanya menyebutnya Angin duduk atau Masuk angina duduk. Angina Pectoris sering digambarkan sebagai kejang otot dan sensasi tercekik, “angina” digunakan terutama untuk menggambarkan dada (toraks) nyeri yang diakibatkan oleh pasukan oksigen yang tidak memadai untuk otot jantung.
Angina pectoris dapat dikenali dengan tanda- tanda seperti kualitas nyeri dada yang khas, yaitu perasaan dada tertekan, merasa terbakar atau susah bernafas, lokasi nyeri yaitu retrosternal yang menjalar ke leher, rahang atau mastoid dan turun kelengan kiri. Faktor pemicu seperti sedang emosi, bekerja, sesudah makan atau dalam udara dingin, rasa ketarik- tarik pada kerongkongan.
Dalam kebanyakan kasus, pencegahan terbaik adalah mencegah sesuatu yang dapat menyebabkan serangan angina. Jika ia telah diberi obat darah tinggi oleh dokter, kepatuhan adalah suatu keharusan dan harus menjadi prioritas.









DAFTAR PUSTAKA

Bertram G, Katzung. 1998. Farmakologi Dasar Dan Klinik Edisi VI. Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Smeltear ,C, Guzanne dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. EGC: Jakarta
Noer, H. M Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.





















LAMPIRAN KASUS
Tuan AG berumur 57 tahun, seorang sopir taksi yang berasal dari india, mendatangi apotek anda dengan resep baru untuk spray gliceril trinitrat (GTN) 400 mikrogram, satu atau dua semprotan yang diperlukan. Anda memberikan obat ini dan berbicara dengan dia dan dia memberitahu anda bahwa dokter umumnya berpikir ia menderita angina dan telah meminta dia untuk menggunakan spray pada waktu berikutnya ketika setiap nyeri dada ringan atau sesak. Anda menasihati tuan Ag untuk penggunaan spray yang benar.
Beberapa hari kemudian Tuan Ag kembali dan mengeluh sakit kepala yang diikuti dari penggunaan spray. Dia enggan menggunakan spray lagi. Dia meminta saranmu untuk mengatasi sakit kepalanya. Dia juga merokok sekitar lima batang rokok seminggu dan bertanya apakah ia sekarang harus berhenti
 
Penyelesaian kasus :
·         Subjective :
Nama                           : Tn.AG
Umur                           : 57 tahun
Keluhan                       : sakit kepala
Riwayat social             : merokok
Riwayat terapi             : spray gliceril trinitrat (GTN) 400 mikrogram
 
·           Objektif : -
·           Assessment : 
a.    Pasien menderita angina dengan gejala nyeri  dada dan sesak, tetapi sudah diberikan terapi spray GTN (Gliceryl trinitrate).
b.    Pasien merasa sakit kepala setelah menggunakan spray GTN, sehingga perlu diatasi.
 
·           Planning :
-          Terapi farmakologi : 
-       diberikan terapi GTN spray dengan dosis 400 mcg sebanyak 1 semprot dibawah lidah ketika merasa nyeri dan jika nyeri tidak berkurang bisa diitambah 1 semprot setelah 5 menit semprotan pertama. Pada saat menggunakan sebaiknya pasien dalam kondisi tidak beraktifitas dan boleh beraktiifitas kembali jika nyerinya sudah hilang.
-       Pasien direkomendasikan obat analgetik untuk mengatasi efek samping dari GTN spray yaitu parasetamol dengan dosis 500 mg dengan frekuensi maksimal sebanyak 3 kali sehari yang digunakan pada saat pasien merasa sakit kepala hebat. Namun jika pasien merasa sudah tidak sakit kepala lagi, maka obat tidak perlu diminum lagi. Sebaiknya parasetamol ini diminum sesudah makan karena dapat mengiritasi lambung. 
-        
-Terapi non farmakologi
-       Tn Ag disarankan untuk mengurangi dan berhenti merokok karena dapat memperparah kondisi kesehatannya.
-       Pada saat pasien merasa nyeri dan akan menggunakan obat, sebaiknya pasien harus dalam kondisi tidak beraktifitas sampai nyeri yang dirasakan hilang.
-       Pasien harus mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah.
-       Pasien harus lebih bisa meningkatkan waktu istirahat yang cukup.
-       Berikan informasi dan edukasi kepada pasien tentang penyakit dan terapi yang didapatnya serta terus lakukan monitoring secara berkala kepada pasien.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar