BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Suatu
pola hidup yang tidak sehat tentunya akan menimbulkan berbagai macam masalah
kesehatan. Utamanya pada sistem kardiovaskular. Keluhan utama yang sering
terjadi pada gangguan system kardiovascular ialah nyeri dada, berdebar-debar
dan sesak napas. Keluhan tambahan lainnya yang mungkin menyertai keluhan utama
ialah perasaan cepat lelah, kemampuan fisik menurun dan badan terasa lemas
serta sering berkeringat dingin dengan perasaan tidak enak pada perut bagian
atas.
Penyakit
angina pectoris merupakan suatu sindroma gangguan pada dada berupa perasaan
nyeri, terlebih saat sedang berjalan, mendaki, sebelum atau sesudah makan.
Angina (angina pektoris) adalah nyeri dada yang bersifat sementara, dapat juga
merupakan rasa tertekan pada dada, yang terjadi karena otot jantung mengalami
kekurangan oksigen akibat terganggunya aliran darah ke arteri yang mengalirkan
darah ke arahnya. Penyumbatan atau penyempitan arteri jantung yang
mengakibatkan angina adalah jika penyumbatannya mencapai 70%.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka penyusun dapat membuat rumusan masalah seperti berikut.
a. Apa
yang dimaksud dengan angina pectoris?
b. Apasajakah
etiologi dari penyakit angina pectoris?
c. Bagaimana
patofisiologi dari penyakit angina pectoris?
d. Bagaimana
tanda dan gejala dari penyakit angina pectoris?
e. Apasajakah
jenis-jenis dari penyakit angina pectoris?
f. Bagaimana
diagnosis dari penyakit angina pectoris?
g. Bagaimana
pencegahan dari penyakit angina pectoris?
h. Bagaimana
penatalaksanaan dari penyakit angina pectoris?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah seperti berikut ini.
a. Untuk
mengetahui definisi angina pectoris
b. Untuk
mengetahui etiologi dari penyakit angina pectoris
c. Untuk
mengetahui patofisiologi dari penyakit angina pectoris
d. Untuk
mengetahui tanda dan gejala dari penyakit angina pectoris
e. Untuk
mengetahui jenis-jenis dari penyakit angina pectoris
f. Untuk
mengetahui diagnosis dari penyakit angina pectoris
g. Untuk
mengetahui pencegahan dari penyakit angina pectoris
h. Untuk
mengetahui penatalaksanaan dari penyakit angina pectoris
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Angina Pectoris
Angina Pektoris adalah nyeri
hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon terhadap suplai
oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Masyarakat awam biasanya
menyebutnya Angin duduk atau Masuk angina duduk. Penyakit angina
pectoris ini ditemukan oleh Herbeden pada tahun 1772. Dia menemukan suatu
sindroma gangguan pada dada berupa perasaan nyeri, terlebih saat sedang
berjalan, mendaki, sebelum atau sesudah makan. Nyeri itu sebenarnya tidak hanya
karena kelainan organ di dalam toraks, akan tetapi juga dari otot, syaraf,
tulang dan faktor psikis.
Penyakit angina pectoris ini
juga disebut sebagai penyakit kejang jantung. Penyakit ini timbul karena
adanya penyempitan pembuluh koroner pada jantung yang mengakibatkan jantung
kehabisan tenaga pada saat kegiatan jantung dipacu secara terus- menerus karena
aktifitas fisik atau mental. Angina Pectoris
sering digambarkan sebagai kejang otot dan sensasi tercekik, “angina” digunakan
terutama untuk menggambarkan dada (toraks) nyeri yang diakibatkan oleh pasukan
oksigen yang tidak memadai untuk otot jantung.
Sebuah episode angina bukanlah serangan jantung yang
sebenarnya, melainkan rasa sakit yang disebabkan oleh karena otot jantung
menerima darah terlalu sedikit untuk sementara waktu. Kondisi sementara mungkin
merupakan hasil dari kegiatan yang berat seperti olahraga dan tidak selalu menunjukkan
bahwa otot jantung mengalami kerusakan permanen. Bahkan, episode angina jarang
menyebabkan kerusakan permanen otot jantung.
2.2 Etiologi Angina Pectoris
Penyebab dari angina pectoris
yaitu aterosklerosis, spasme pembuluh darah koroner, pajanan terhadap dingin,
makan makanan berat dan stress. Karena hal ini kelanjutan dari stenosis aorta
berat, hipertropi kardiomiopati tanpa disertai obstruksi, peningkatan kebutuhan
metabolism, takikardia peroksimal.
Angina pectoris dapat terjadi
bila otot jantung memerlukan asupan oksigen yang lebih pada waktu tertentu,
misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang mengalami stress. Jika pada jantung
mengalami penambahan beban kerja, tetapi supplay oksigen yang diterima sedikit,
maka akan menyebabkan rasa sakit pada jantung. Oksigen sangatlah diperlukan
oleh sel miokard untuk dapat mempertahankan fungsinya. Oksigen yang
didapat dari proses koroner untuk sel miokard ini,telah terpakai sebanyak 70 -
80 %, sehingga wajar bila aliran koroner menjadi meningkat.
Faktor- faktor
yang mempengaruhi pemakaian oksigen pada jantung, adalah:
1. Denyut jantungApabila denyut jantung bertambah
cepat, maka kebutuhan oksigen tiap menitnya akanbertambah.
2. KontaktilitasDengan bekerja, maka akan banyak
mengeluarkan katekolamin (adrenalin dan nor adrenalin)sehinggadapat
meningkatkan kontraksi pada jantung.
3. Tekanan Sistolik Ventrikel KiriMakin tinggi
tekanan, maka akan semakin banyak pemakaian oksigen.
4. Ukuran JantungJantung yang besar, akan memerlukan
oksigen yang banyak.
Faktor- faktor penyebab
lainnya, antara lain adalah:
1. Denyut jantung yang terlalu cepat
2. Anemia (kurang darah)
3. Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis yang disebabkan
oleh sedikitnya alirandarahke katup jantung.
4. Penebalan pada di dinding otot jantung -
hipertropi- dimana dapat terjadi pada penderita tekanan darah tinggi sepanjang
tahun.
2.3
Patofisiologi Angina Pectoris
Angina
pectoris merupakan sindrom klinis yang disebabkan oleh aliran darah ke arteri miokard
berkurang sehingga ketidakseimbangan terjadi antara suplay O2 ke
miokardium yang dapat menimbulkan iskemia, yang dapat menimbulkan nyeri yang
kemungkinan akibat dari perubahan metabolisme aerobik menjadi anaerob yang
menghasilkan asam laktat yang merangsang timbulnya nyeri.
2.4 Tanda dan Gejala
Angina pectoris dapat dikenali dengan tanda-tanda
seperti berikut:
a. Kualitas nyeri dada yang khas, yaitu perasaan
dada tertekan, merasa terbakar atau susah bernafas.
b. Faktor pemicu seperti sedang emosi, bekerja,
sesudah makan atau dalam udara dingin.
c. Dapat
pula berkeringat dingin, mual dan muntah, rasa lemas, berdebar dan rasa akan
pingsan (fainting).
d. timbul
saat melakukan kegiatan fisik (angina stabil).
e. Serangan
ini akan hilang bila penderita menghentikan kegiatan fisik tersebut dan
beristirahat.
f. Serangan
berlangsung hanya beberapa menit (1–5 menit) tetapi bisa sampai lebih dari 20
menit.
2.5 Jenis-Jenis AnginaP ectoris
2.5.1 Angina
Pectoris Stabil,
Juga disebut angina klasik, terjadi
sewaktu arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk
meningkatkan aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen.
Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas fisik seperti berolahraga
atau naik tangga. Pajanan dingin, terutama apabila disertai dengan kerja
seperti menyekop salju, dapat meningkatkan kebutuhan metabolic jantung dan merupakan stimulant kuat untuk terjadinya
angina klasik.
Stress mental, termasuk stress yang
terjadi akibat rasa marah serta tugas mental seerti berhitung, dapat
mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis ini biasanya menghilang
apabila individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya. Sakit dada timbul
setelah melakukan aktivitas. Lamanya serangan biasanya kurang dari 10 menit. Bersifat
stabil tidak ada perubahan serangan dalam angina selama 30 hari.
2.5.2 Angina
Pectoris Prizmetal
Angina
Prizmetal ditandai dengan nyeri dada akibat iskemia miokard transien yang
terjadi tanpa dapat diramalkan dan pada saat istirahat; nyeri sering terjadi di
malam hari selama tidur REM (gerakan
mata cepat) dan bias memiliki siklus pola kekambuhan. Angina Prizmetal terjadi
tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya sering
terjadi pada saat istirahat atau tidur.
Pada
angina Prizmetal (varian) suatu arteri koroner mengalami spasme yang
menyebabkan iskemia jantung di bagian hilir. Kadang-kadang tempat spasme
berkaitan dengan ateroskerosis. Pada lain waktu, arteri koroner tidak tampak
mengalami sclerosis. Ada kemungkianan bahwa walaupun tidak jelas tampak lesi
pada arteri, dapat terjadi kerusakan lapisan endotel yang samar. Hal ini
menyebabkan peptide vasoaktif memiliki akses langsung ke lapisan otot polos dan
menyebabkan kontraksi arteri koroner. Disritmia sering terjadi pada angina
varian.
Angina
prizmetal juga dapat terjadi akibat hiperaktivitas saraf simpatis, peningkatan
curah kalsium di otot polos arteri, atau gangguan produksi atau pelepasan
prostaglandin atau tromboksan
(ketidakseimbangan antara vasodilator koroner dan vasokonstriktor).
2.5.3 Angina
Tidak Stabil
Angina
tidak stabil merupakan kombinasi angina klasik dan angina varian, dan dijumpai
pada individu dengan penyakit arteri koroner yang memburuk. Angina ini biasanya
menyertai peningkata beban kerja jantung. Hal ini tampak terjadi akibat
ateroskerosis koroner yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami
spasme. Terjadinya spasme sebagai respon terhadap peptide vasoaktif yang
dikeluarkan trombosit yang tertarik ke area yang mengalami kerusakan. Seiring dengan
pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan serangan angina tidak stabil
meningkat dan individu berisiko mengalami kerusakan jantung irreversible.
Angina tidak stabil termasuk gejala infark miokard pada sidrom koroner akut dan memerlukan tindakan klinis yang menyeluruh,
kadang-kadang termasuk perawatan di rumah sakit.
2.6 Diagnosa Angina Pectoris
2.6.1
Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram adalah tes yang
mencatat impuls listrik dari jantung. Grafik yang dihasilkan dari aktivitas
listrik dapat menunjukkan jika otot jantung tidak berfungsi dengan baik sebagai
akibat dari kekurangan oksigen. Electrocardiogram juga berguna dalam
menyelidiki kemungkinan abnormalitas jantung.
2.6.2
Stress Test
Bagi banyak orang dengan angina,
hasil elektrokardiogram saat istirahat tidak akan menunjukkan adanya kelainan.
Karena gejala angina terjadi selama stress (latihan fisik), fungsi jantung
mungkin perlu dievaluasi di bawah tekanan fisik dari latihan. Tes stres
dilakukan bersamaan dengan EKG sebelum, selama, dan setelah latihan untuk
mencari kelainan terkait stress (latihan fisik). Tekanan darah juga diukur
selama uji stres.
2.6.3
Angiogram
Angiogram, yang pada dasarnya sinar x dari arteri
koroner, telah menjadi tes diagnostik yang paling akurat untuk menunjukkan
keberadaan dan luasnya penyakit koroner. Dalam prosedur ini, digunakan tabung
fleksibel (kateter) yang panjang dan tipis untuk melakukan manuver ke dalam
arteri yang terletak di lengan atau pangkal paha.
Kateter ini akan dilewatkan lebih lanjut melalui
arteri ke salah satu dari dua arteri koroner utama. Sebuah pewarna disuntikkan
pada waktu itu untuk membantu sinar x “melihat” jantung dan arteri lebih jelas.
Banyak sinar x singkat dibuat untuk menciptakan sebuah “film” darah mengalir
melalui arteri koroner, yang akan mengungkapkan penyempitan yang mungkin dapat
menyebabkan penurunan aliran darah ke otot jantung dan gejala terkait angina.
2.6.4
Pemeriksaan Laboratorium.
Yang sering dilakukan
pemeriksaan enzim; CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark
jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid
darah seperti kadar kolesterol LDH dan LDL. Trigliserida perlu dilakukan untuk
menemukan faktor resiko seperti hyperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu
dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yang juga merupakan factor resiko
bagi pasien angina pectoris
2.7 Pencegahan Angina Pectoris
Dalam
kebanyakan kasus, pencegahan terbaik adalah mencegah sesuatu yang dapat
menyebabkan serangan angina. Jika ia telah diberi obat darah tinggi oleh dokter, kepatuhan adalah suatu keharusan dan harus
menjadi prioritas. Banyak profesional kesehatan–termasuk dokter, ahli gizi, dan
perawat dapat memberikan saran berharga pada diet yang tepat, mengontrol berat
badan, kadar kolesterol darah, dan tekanan darah.
Para
profesional ini juga menawarkan saran tentang perawatan saat ini dan informasi
untuk membantu berhenti merokok. Secara umum, mayoritas dari mereka dengan
angina menyesuaikan hidup mereka untuk meminimalkan episode angina, dengan
mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan dan menggunakan obat jika
dianjurkan dan perlu. Penyakit arteri koroner adalah masalah mendasar yang
harus ditangani.
2.8 Penatalaksanaan Angina Pectoris
2.8.1 Terapi
Farmakologi
a. Golongan
Nitrat
Nitrogliserin
merupakan obat pilihan utama pada serangan angina akut. Mekanisme kerjanya
sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah koroner. Efeknya langsung
terhadap relaksasi otot polos vaskuler. Nitrogliserin juga dapat meningkatkan
toleransi exercise pada penderita angina sebelum terjadi hipoktesia miokard.
Bila di berikan sebelum exercise dapat mencegah serangan angina.
b. Ca-
Antagonis
Dipakai
pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekwensi serangan pada
beberapa bentuk angina. Cara kerjanya yaitu memperbaiki spasme koroner dengan
menghambat tonus vasometer pembuluh darah arteri koroner (terutama pada angina
Prinzmetal), dilatasi arteri koroner sehingga meningkatkan suplai darah ke
miokard, dilatasi arteri perifer sehingga mengurangi resistensi perifer dan
menurunkan afterload, efek langsung terhadap jantung yaitu dengan mengurangi
denyut, jantung dan kontraktilitis sehingga mengurangi kebutuhan O2.
c. Beta
Bloker
Cara
kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap miokard yang menyebabkan
kronotropik dan inotropik positif, sehingga denyut jantung dan curah jantung
dikurangi. Karena efeknya yang kadiorotektif, obat ini sering digunakan sebagai
pilihan pertama untuk mencegah serangan angina pektoris pada sebagian besar
penderita.
2.8.2 Terapi
Nonfarmakologi
a. Pasien harus berhenti merokok
b. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan
c. Mengurangi stress
d. Pengontrolan gula darah
2.8.3 Pembedahan
Prinsipnya
bertujuan untuk memberi darah yang lebih banyak kepada otot jantung dan memperbaiki
obstruksi arteri koroner. Ada 4 dasar jenis pembedahan:
a. Ventricular
aneurysmectomy: rekonstruksi terhadap kerusakan ventrikel kiri.
b. Coronary
arteriotomy: memperbaiki langsung terhadap obstruksi arteri koroner.
c. Internal
thoracic mammary: revaskularisasi terhadap miokard.
d.
Coronary artery baypass grafting (CABG):
hasilnya cukup memuaskan dan aman yaitu 80-90% dapat menyembuhkan angina dan
mortabilitas hanya 1% pada kasus tanpa kompilasi.
Metode terbaru lain di samping
pembedahan adalah :
e. Percutanecus
transluminal coronary angioplasty (PCTA)
f. Percutaneous
ratational coronary angioplasty (PCRA)
g. Laser
angioplasty.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angina Pektoris adalah nyeri
hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon terhadap suplai
oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Masyarakat awam biasanya menyebutnya Angin duduk atau Masuk angina duduk. Angina
Pectoris sering digambarkan sebagai kejang otot dan sensasi tercekik, “angina”
digunakan terutama untuk menggambarkan dada (toraks) nyeri yang diakibatkan
oleh pasukan oksigen yang tidak memadai untuk otot jantung.
Angina pectoris dapat
dikenali dengan tanda- tanda seperti kualitas nyeri dada yang khas, yaitu
perasaan dada tertekan, merasa terbakar atau susah bernafas, lokasi nyeri yaitu
retrosternal yang menjalar ke leher, rahang atau mastoid dan turun kelengan kiri. Faktor
pemicu seperti sedang emosi, bekerja, sesudah makan atau dalam udara dingin, rasa
ketarik- tarik pada kerongkongan.
Dalam
kebanyakan kasus, pencegahan terbaik adalah mencegah sesuatu yang dapat
menyebabkan serangan angina. Jika ia telah diberi obat darah tinggi oleh dokter, kepatuhan adalah suatu keharusan dan harus
menjadi prioritas.
DAFTAR PUSTAKA
Bertram G, Katzung. 1998. Farmakologi Dasar Dan Klinik Edisi VI.
Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Smeltear ,C, Guzanne dan Brenda G. Bare.
2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8. EGC: Jakarta
Noer, H. M Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta.
LAMPIRAN KASUS
Tuan
AG berumur 57 tahun, seorang sopir taksi yang berasal dari india, mendatangi
apotek anda dengan resep baru untuk spray gliceril trinitrat (GTN) 400
mikrogram, satu atau dua semprotan yang diperlukan. Anda memberikan obat ini
dan berbicara dengan dia dan dia memberitahu anda bahwa dokter umumnya berpikir
ia menderita angina dan telah meminta dia untuk menggunakan spray pada waktu
berikutnya ketika setiap nyeri dada ringan atau sesak. Anda
menasihati tuan Ag untuk penggunaan spray yang benar.
Beberapa hari kemudian Tuan Ag kembali
dan mengeluh sakit kepala yang diikuti dari
penggunaan spray. Dia enggan menggunakan spray lagi. Dia meminta saranmu untuk
mengatasi sakit kepalanya. Dia juga merokok sekitar lima batang rokok seminggu
dan bertanya apakah ia sekarang harus berhenti
Penyelesaian kasus :
· Subjective :
Nama : Tn.AG
Umur : 57 tahun
Keluhan : sakit kepala
Riwayat social : merokok
Riwayat terapi : spray gliceril trinitrat (GTN) 400 mikrogram
· Objektif : -
· Assessment :
a. Pasien menderita angina dengan gejala nyeri dada dan sesak, tetapi sudah diberikan terapi spray GTN (Gliceryl trinitrate).
b. Pasien merasa sakit kepala setelah menggunakan spray GTN, sehingga perlu diatasi.
· Planning :
- Terapi farmakologi :
- diberikan terapi GTN spray dengan dosis 400 mcg sebanyak 1 semprot dibawah lidah ketika merasa nyeri dan jika nyeri tidak berkurang bisa diitambah 1 semprot setelah 5 menit semprotan pertama. Pada saat menggunakan sebaiknya pasien dalam kondisi tidak beraktifitas dan boleh beraktiifitas kembali jika nyerinya sudah hilang.
- Pasien direkomendasikan obat analgetik untuk mengatasi efek samping dari GTN spray yaitu parasetamol dengan dosis 500 mg dengan frekuensi maksimal sebanyak 3 kali sehari yang digunakan pada saat pasien merasa sakit kepala hebat. Namun jika pasien merasa sudah tidak sakit kepala lagi, maka obat tidak perlu diminum lagi. Sebaiknya parasetamol ini diminum sesudah makan karena dapat mengiritasi lambung.
-
-Terapi non farmakologi
- Tn Ag disarankan untuk mengurangi dan berhenti merokok karena dapat memperparah kondisi kesehatannya.
- Pada saat pasien merasa nyeri dan akan menggunakan obat, sebaiknya pasien harus dalam kondisi tidak beraktifitas sampai nyeri yang dirasakan hilang.
- Pasien harus mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah.
- Pasien harus lebih bisa meningkatkan waktu istirahat yang cukup.
- Berikan informasi dan edukasi kepada pasien tentang penyakit dan terapi yang didapatnya serta terus lakukan monitoring secara berkala kepada pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar