BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Studi
kelayakan usaha pada akhir-akhir ini telah dikenal luas oleh masyarakat,
terutama yang bergerak dalam bidang dunia usaha dan bisnis. Bermacam-macam peluang
dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia usaha, menuntut perlu adanya
penilaian tentang seberapa besar kegiatan/kesempatan tersebut dapat memberikan
manfaat (benefit) bila diusahakan
kepada calon pengusaha.
Studi
kelayakan juga sering disebut dengan feasibility
study yang merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan,
apakah menerima suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan atau menolaknya.
Pengertian layak dalam penilaian sebagai studi kelayakan maksudnya adalah
kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan
manfaat.
Studi
kelayakan yang paling banyak dilakukan baru-baru kali ini adalah studi/analisis
terhadap usaha yang disebut dengan franchise,
yang di Indonesia disebut dengan bisnis waralaba. Bisnis waralaba di Indonesia
telah menjadi trend dan berkembang
luar biasa pesatnya. Tidak aneh bila kemudian dengan sangat mudah dijumpai
bisnis waralaba dimana-mana, baik bisnis dibidang makanan maupun non makanandan
minuman.
Oleh
karena itu diperlukan suatu gerakan untuk memberikan sosialisasi tentang studi
kelayakan suatu usaha. Hal tersebut yang kemudian menjadikan penulis untuk
membuat makalah tentang studi kelayakan suatu usaha.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka penyusun dapat membuat rumusan masalah seperti berikut.
a.
Apakah yang
dimaksud dengan studi kelayakan bisnis?
b.
Apakah tujuan studi
kelayakan usaha?
c.
Siapakah
pihak-pihak
yang berkepentingan dalam studi kelayakan usaha?
d.
Bagaimana tahapan
studi kelayakan usaha?
e.
Bagaimana analisis kelayakan usaha?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang
diharapkan dari penulisan makalah ini adalah seperti berikut ini.
a. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dan
mengetahui definisi
studi
kelayakan bisnis.
b. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dan mengetahui
tujuan studi kelayakan usaha.
c. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dan mengetahui
pihak-pihak yang berkepentingan dalam studi kelayakan usaha.
d. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dan mengetahui tahapan
studi kelayakan usaha
e. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dan mengetahui analisis
kelayakan usaha
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan
Jakfar (2003) studi
kelayakan bisnis atau usaha adalah kegiatan yang mempelajari secara mendalam usaha atau bisnis yang akan
dijalankan, dalam rangka menentukan layak tidaknya usaha tersebut dijalankan. Studi ini pada dasarnya
membahas berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses
pemilihan proyek bisnis agar mampu memberikan manfaat ekonomis dan sosial
sepanjang waktu. Dalam studi ini, pertimbangan ekonomis dan teknis sangat
penting karena akan dijadikan dasar implementasi kegiatan usaha.
Hasil
studi kelayakan usaha pada prinsipnya bisa digunakan antara lain untuk:
a.
Merintis usaha baru, misalnya
membuka toko, membangun pabrik, mendirikan perusahaan jasa, membuka usaha
dagang, dan lain sebagainya.
b.
Mengembangkan usaha
yang sudah ada, misalnya untuk menembah kapasitas pabrik, memperluas skala
usaha, mengganti peralatan/mesin, menambah mesin baru, memperluas cakupn usaha,
dan lain sebagainya.
c.
Memilih jenis usaha
atau investasi/proyek yang paling menguntungkan, misalnya pilihan usaha dagang,
pilihan usaha barang atau jasa, pabrikasi atau perakitan, proyek A atau proyek
B, dan lain sebagainya.
2.2 Tujuan Studi
Kelayakan Usaha
Kasmir
dan Jakfar (2003)
mengatakan ada lima tujuan mengapa
sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu:
a.
Menghindari Resiko
Kerugian.
Untuk
mengatasi resiko kerugian pada masa yang akan datang harus ada semacam kondisi
kepastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau terjadi
tanpa dapat diramalkan. Fungsi studi kelayakan adalah meminimalkan resiko yang
tidak diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat
dikendalikan.
b.
Memudahkan Perencanaan
Apabila
sudah dpat meramalkan yang akan terjadi pada masa yang akan datang, kita dapat
melakukan perencanaan dan hal-hal yang perlu direncakan.
c.
Memudahkan Pelaksaan
Pekerjaan
Berbagai
rencana yang sudah disusun akan memudahkan pelaksaan usaha. Pedoman yang telah
tersusun secara sistematis, menyebabkan usaha yang dilaksanakan dapat tepat
sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun.
d.
Memudahkan Pengawasan
Pelaksanaan
usaha yang sesuai dengan rencana yang sudah disusun, akan memudahkan kita untuk
melakukan pengawasan terhadapa jalanya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan
agar tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.
e.
Memudahkan Pengendalian
Apabila
dalam pelaksanaan telah dilakukan pengawasan, jika terjadi penyimpangan akan
mudah terdeteksi, sehingga dapat di lakukan pengendalian atas penyimpangan
tersebut. Tujuan pengendalian adalah mengendalikan agar tidak melenceng dari rencana yang sesungguhnya,
sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.
2.3 Pihak-Pihak yang
Berkepentingan dalam Studi Kelayakan Usaha
Adapun
pihak yang memerlukan dan berkepentingan dengan studi kelayakan usaha di
antaranya:
a.
Pihak Wirausaha
(Pemilik Perusahaan)
Dalam
kewirausahaan, studi kelayakan usaha sangat penting dilakukan agar kegiatan
usaha tidak mengalami kegagalan dan memberi keuntungan sepanjang waktu. Studi
kelayakan berfungsi sebagai laporan, pedoman, dan bahan pertimbangan untuk
merintis dan mengembangkan usaha atau melakukan investasi baru, sehingga bisnis
yang akan dilakukan meyakinkan wirausaha itu sendiri maupun pihak-pihak lain
yang berkepentingan.
b.
Investor dan Penyandang
Dana
Bagi
investor dan penyandang dana, studi kelayakan usaha sangat penting untuk
memilih jenis investasi yang paling menguntungkan dan sebagai jaminan atas
modal yang ditanamkan atau dipinjamkan, apakah investasi yang dilakukannya
memberikan jaminan pengembalian investasi yang memadai atau tidak. Oleh
investor, studi kelayakan sering digunakan sebagai bahan pertimbangan layak
atau tidaknya investasi dilakukan.
c.
Masyarakat dan
Pemerintah
Bagi
masyarakat, studi kelayakan sangat diperlukan terutama sebagai bahan kajian
apakah usaha yang didirikan atau dikembangkan bermanfaat bagi masyarakat
sekitarnya atau sebaliknya justru merugikan, seperti bagaimana dampak
lingkungan, apakah positif atau negatif. Bagi pemerintah, studi kelayakan
sangat penting untuk mempertimbangkan izin usaha atau penyediaan fasilitas
lainnya
2.4 Tahapan Studi Kelayakan
Usaha
2.4.1
Menemukan Ide/Gagasan
Usaha
Pada
tahap ini, orang yang membuat studi kelayakan usaha diharuskan untuk melakukan
kegiatan menemukan ide/gagasan usaha yang layak untuk
diwujudkan. Ide/gagasan usaha biasanya dapat timbul melalui serangkaian
kegiatan berikut:
a.
Melalui Bacaan
Bacaan
yang banyak kontribusinya adalah bacaan yang berkaitan langsung dengan bidang
yang diminati. Dengan cara ini akan dapat diketahui sudah seberapa
jauh perkembangan bidang usaha tersebut saat ini, apa saja yang harus
dilakukan, teknologi yang sudah digunakan sampai saat ini. Setelah
itu akan muncul pertanyaan untuk melihat apakah masih ada peluang, jika ada,
kira-kira bagaimana caranya untuk merealisasikan peluang tersebut.
b.
Melalui Survei
Orang
sengaja merancang suatu survei secara umum dalam salah satu bidang
usaha. Misalnya melakukan survei ke salah satu pabrik mengamati apa
saja yang dikerjakan oleh pabrik tersebut, kegiatan yang belum dapat dilakukan
oleh pabrik tersebut dengan baik atau adakah limbah pabrik yang terbuang begiru
saja, dan pada saat itu muncul ide/gagasan untuk memanfaatkan limbah tersebut
dan masih banyak lagi ide/gagasan yang muncul untuk mendirikan dan
mengembangkan usaha.
c.
Melalui Pengalaman
Kerja
Ide/gagasan
muncul setelah orang mengalami sendiri kegiatan apa saja yang harus dilakukan
jika suatu usaha akan menghasilkan produk atau jasa. Dalam konteks
ini proses penciptaan produk/jasa sudah dikuasai dengan baik, sehingga akan
dapat menganalisis apakah masih ada peluang dan apakah mudah/mungkin baginya
untuk memulai usaha sendiri seperti yang dilakukannya sekarang. Ide/gagasan
yang muncul akan terealisasi jika didukung oleh keinginan atas dasar
pengalaman yang sudah dimiliki saat ini.
2.4.2
Mempertimbangkan
Alternatif Usaha
Ide/gagasan yang telah
ditemukan dan menurut pertimbangan layak untuk diwujudkan maka tahap berikutnya
adalah melakukan studi kemungkinan pemilihan bentuk usaha yang tepat untuk
ide/gagasan tersebut. Pilihan itu antar lain usaha menghasilkan
barang (usaha industri), usaha peningkatan dari usaha yang memang sudah ada
sebelumnya atau usaha perdagangan.
Pertimbangannya
haruslah dilakukan secara obyektif setelah dilakukan pengumpulan
data. Artinya keputusan yang dibuat memang sudah diperhitungkan
dengan dukungan data yang cukup dan benar. Cara membandingkan dari
masing-masing alternatif ditinjau dari segi modal, tenaga kerja, pengalman,
kemudahan, teknologi, bahan baku, kemungkinan produk/jasa, dan teknik pembuatan
produk/jasa, mudah untuk dipasarkan, dan tidak bertentangan dengan peraturan
dan kebijakan pemerintah.
2.4.3
Tahap Analisis Data
Tahap
analisis data dilakukan merupakan hasil dari keputusan yang dibuat pada tahap
kedua secara detai dan cermat. Secara berurutan analisisnya meliputi
hal-hal berikut:
a.
Analisis pasar dalam
usaha menentukan besarnya penerimaan dan biaya yang dibutuhkan untuk memasarkan
produk atau jasa yang sudah direncanakan sebelumnya.
b.
Analisis teknis dan
manajemen ditujukan untuk menentukan mesin dan peralatan, bahan baku, SDM,
prosedur produksi dan sebagainya yang semuanya harus tertuang lengkap kedalam
kebutuhan dan dana yang diperlukan untuk dapat memproduksi barang atau jasa
sesuai dengan rencana.
c.
Analisis
lingkungan. Tujuan yang ingin dicapai dari analisis lingkungan
adalah untuk memastikan dampak apa yang terjadi jika produksi atau usaha jasa
yang sudah direncanakan itu terlaksana, baik mengenai dampak positif maupun
negatif terhadap lingkungan usaha yang direncanakan.
d.
Analisis
finansial. Analisis ini merupakan analisis terakhir yang harus
dilakukan dalam studi kelayakan usaha dan sekaligus sebagai fokus dari seluruh
kegiatan mjulai dari tahap 1 sampai dengan tahap 3. Oleh karena itu,
jika data atau informasi yang diberikan sebagai hasil analisis pada tahap ini
kurang dapat dipercaya atau kurang lengkap maka hasil yang akan dicapai pada
tahap ini juga akan menjadi tidak optimal. Dengan kata lain, baik
burknya hasil analisis finansial sangat tergantung tahap-tahap sebelumnya.
2.5
Analisis Kelayakan Usaha
Untuk mengetahui layak
tidaknya suatu bisnis untuk dilakukan, harus dianalisis berbagai aspeknya. Berikut
ini akan dibahas beberapa kriteria
yang dapat dijadikan aspek penilaian.
a.
Analisis Aspek
Pemasaran
Untuk
menganalisis aspek pemasaran, wirausaha terlebih dahulu harus melakukan
penelitian pemasaran dengan menggunakan system informasi pemasaran yang memadai
berdasarkan analisis dan prediksi apakah bisnis yang akan dirintis atau
dikembangkan memiliki peluang pasar yang memadai ataukah tidak. Dalam analisis
pasar biasanya terdapat beberapa komponen yang harus dianalisis dan dicermati,
diantaranya:
1.
Kebutuhan dan keinginan
konsumen. Barang dan jasa apa yang banyak dibutuhkan dan diinginkan konsumen?
Berapa banyak yang mereka butuhkan? Bagaimana daya beli mereka? Kapan mereka
membutuhkan? Jika kebutuhan dan keinginan mereka teridentifikasi dan
memungkinkan untuk dipenuhi berarti peluang pasar bisnis kita terbuka dan layak
bila dilihat dari kebutuhan/keinginan konsumen.
2.
Segmentasi pasar.
Pelanggan dikelompokkan dan diidentifikasi, misalnya berdasarkan geografi,
demografi, dan social budaya. Jika segmentasi pasar teridentifikasi maka pasar
sasaran akan dapat terwujud dan tercapai.
3.
Target. Target pasar
menyangkut banyaknya konsumen yang dapat diraih. Berapa target yang ingin
dicapai? Apakah konsumen loyal terhadap bisnis? Apakah produk yang ditawarkan
dapat member kepuasan atau tidak? Jika konsumen loyal, maka potensi pasar
tinggi.
4.
Nilai tambah. Wirausaha
harus mengetahui nilai tambah produk dan jasa pada setiap rantai pemasaran,
mulai dari pemasok, agen, hingga konsumen akhir. Nilai tambah barang dan jasa
biasanya diukur dengan harga, misalnya berapa harga dari pabrik pemasok, harga
setelah di agen, dan harga setelah ke konsumen.
5.
Masa hidup produk.
Harus dianalisis apakah masa hidup produk dan jasa bertahan lama atau tidak.
Apakah ukuran lama masa produk lebih dari waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan laba sampai modal kembali atau tidak. Jika masa produk lebih lama,
berarti potensi pasar tinggi. Harus dianalisis juga apakah produk industry baru
atau industry lama sudah mapan atau produk industry justru sedang menurun. Jika
produk industry sedang bertumbuh, maka potensi pasar tinggi.
6.
Struktur pasar. Harus
dianalisis apakah barang dan jasa akn dipasarkan pada pasar persaingan tidak
sempurna (seperti monopoli, oligopoly dan monopolistic), atau pasar persaingan
sempurna. Jika barang dan jasa masuk dalam pasar persaingan tidak sempurna,
berarti potensi pasar tinggi disbanding bila produk termasuk pasar persaingan
sempurna.
7.
Persaingan dan strategi
pesaing. Harus dianalisis apakah tingkat persaingan tinggi atau rendah. Jika
persaingan tinggi, berarti peluang pasar rendah. Wirausaha harus membandingkan
keunggulan pesaing dilihat dari strategi produk, harga, jaringan industry,
promosi, dan tingkat penggunaan teknologi.
8.
Ukuran pasar. Ukuran
pasar dapat dianalisis dari volume penjualan. Jika volume penjualan tinggi,
berarti pasar potensial. Misalnya, dengan volume penjualan usaha skala kecil
sebesar Rp 5 milyar pertahun atau sebesar Rp 10 juta perhari, berarti ukuran
pasar cukup besar.
9.
Pertumbuhan pasar.
Pertumbuhan pasar dapat dianalisis dari pertumbuhan volume penjualan. Jika
pertumbuhan pasar tinggi (misalnya lebih dari 20%), berarti potensi pasar
tinggi.
10.
Laba kotor. Apakah
perkiraan margin laba kotor tinggi atau rendah. Jika profit margin kotor lebih
dari 20%, berarti pasar potensial.
11.
Pangsa pasar. Pangsa
pasar bisa dianalisis dari selisih jumlah barang dan jasa yang diminta dengan
jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Jika pangsa pasar menurut proyeksi
meningkat, bahkan setelah lima tahun mencapai 40%, berarti bisnis yang akan
dilakukan atau dikembangkan memiliki pangsa pasar yang tinggi.
b. Analisis
Aspek Produksi atau Operasi
Beberapa
unsur dari aspek produksi atau operasi yang harus dianalisis adalah:
1. Lokasi
operasi. Untuk bisnis hendaknya dipilih lokasi yang strategis dan efisien, baik
bagi perusahaan maupun bagi pelanggan, misalnya dekat ke pemasok, ke konsumen,
kea lat transportasi, atau diantara ketiganya. Di samping itu, lokasi bisnis
harus menarik agar konsumen tetap loyal.
2. Volume
operasi. Volume operasi harus relevan dengan potensi pasar dan prediksi
permintaan sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan kapasitas. Volume
operasi yang berlebihan akan menimbulkan masalah baru dalam
penyimpanan/penggudangan yang pada akhirnya akan memengaruhi harga pokok penjualan.
3. Mesin
dan peralatan. Mesin dan peralatan harus sesuai dengan perkembangan teknologi
masa kini dan yang akan dating serta harus disesuaikan dengan luas produksi
agar tidak terjadi kelebihan kapasitas.
4. Bahan
baku dan bahan penolong. Bahan baku dan bahan penolong serta sumber daya yang
diperlukan harus cukup tersedia. Persediaan tersebut harus sesuai dengan
kebutuhan sehingga biaya bahan baku menjadi efisien.
5. Tenaga
kerja. Berapa jumlah tenaga kerja yang diperlukan dan bagaimana kualifikasinya.
Jumlah dan kualifikasi karyawan harus sesuai dengan keperluan jam kerja dan
kualifikasi pekerjaan untuk menyelesaikannya.
c. Analisis
Aspek Manajemen
Dalam
menganalisis aspek-aspek manajamen terdapat beberapa unsur yang harus
dianalisis, seperti:
1. Kepemilikan.
Apakah unit bisnis yang akan didirikan merupakan milik pribadi atau milik
bersama. Apa saja keuntungan dan kerugian dari unit bisnis yang dipilih
tersebut? Hendakya dipilih yang tidak berisiko terlalu tinggi dan menguntungkan.
2. Organisasi.
Jenis organisai apa yang diperlukan? Apakah organisasi lini, staf, lini dan
staf, atau bentuk lainnya. Tentukan jenis yang paling tepat dan efisien.
3. Tim
manajemen. Apakah bisnis akan dikelola sendiri atau melibatkan orang lain
secara professional. Hal ini bergantung skala usaha dan kemampuan yang dimiliki
wirausaha.
4. Karyawan.
Karyawan harus disesuaikan, baik dalam jumlah maupun kualifikasinya.
d. Analisis
Aspek Keuangan
Aspek
analisis keuangan meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
1. Kebutuhan
dana, yaitu kebutuhan dana untuk operasional perusahaan, misalnya besarnya dana
untuk aktiva tetap, modal kerja, dan pembiayaan awal.
2. Sumber
dana. Ada beberapa sumber dana yang layak digali, yaitu sumber dana internal
(misalnya modal disetor dan laba ditahan) dan modal eksternal (misalnya penerbitan
obligasi dan pinjaman).
3. Proyeksi
neraca. Sanat penting untuk mengetahui kekayaan perusahaan serta kondisi
keuangannya, misalnya saldo lancer, aktiva tetap, kewajiban jangka pendek,
kewajiban jangka panjang dan kekayaan bersih.
4. Proyeksi
laba rugi. Proyeksi laba atau rugi di masa yang akan datang. Komponennya
meliputi proyeksi penjualan, biayadan laba rugi bersih.
5. Proyeksi
arus khas. Dari arus khas dapat dilihat kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban-kewajiban keuangannya. Ada tiga jenis arus khas, yaitu arus khas masuk,
merupakan penerimaan berupa hasil penjualan atau pendaftaran, arus khas keluar,
merupakan biaya-biaya, termasuk pembayaran bunga dan pajak dan arus khas masuk bersih,
merupakan selisih dari arus khas masuk dan asru khas keluar ditambah penyusutan
dan perhitungan bunga setelah pajak.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut
Kasmir dan Jakfar (2003) studi kelayakan bisnis atau usaha adalah kegiatan yang
mempelajari secara mendalam usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam
rangka menentukan layak tidaknya usaha tersebut dijalankan. Hasil studi
kelayakan usaha pada prinsipnya bias digunakan antara lain untuk merintis usaha
baru, mengembangkan usaha yang sudah ada, memilih jenis usaha atau
investasi/proyek yang paling menguntungkan.
Ada
lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan perlu dilakukan
studi kelayakan, yaitu menghindari resiko kerugian, memudahkan perencanaan,
memudahkan pelaksaan pekerjaan, memudahkan pengawasan dan memudahkan
pengendalian. Adapun pihak yang memerlukan dan berkepentingan dengan studi
kelayakan usaha di antaranya pihak wirausaha (pemilik perusahaan), investor dan
penyandang dana dan masyarakat serta pemerintah.
Adapun tahapan studi kelayakan
usaha diantaranya menemukan
ide/gagasan usaha, mempertimbangkan
alternatif usaha dan tahap
analisis data. Untuk
mengetahui layak tidaknya suatu bisnis untuk dilakukan, harus dianalisis
berbagai aspeknya, diantaranya
yaitu analisis aspek pemasaran, analisis aspek produksi
atau operasi, analisis
aspek manajemen dan analisis
aspek keuangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Fahmi, Irham. Dkk. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Teori dan Aplikasi. Cetakan ke 2. Alfabeta. Bandung
Kasmir dan
Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis.
Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Suryana. 2001. Kewirausahaan. Salemba Empat. Jakarta.
Umar, Husein. 2007. Studi Kelayakan Bisnis.
PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta