BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam
berwirausaha banyak orang yang baru setengah jalan memulai usahanya namun mengalami kegagalan. Hal
ini terjadi karena
banyaknya kendala-kendala, serta tantangan yang selalu menghadang dalam berwirausaha. Salah satu kendala yang terbesar
ialah kurangnya semangat atau antuisme dari diri perwirausaha tersebut.
Perlu diketahui bahwa dalam memulai
suatu usaha atau bisnis bahkan pekerjaan apapun sangatlah diperlukan yang
namanya antuisme atau semangat kerja, agar segala apa yang diinginkan dapat
terwujud dengan mudah. Terkadang orang menganggap tidak penting dengan yang
namanya semangat. Tapi menurut penulis semangat sangatlah penting karena dengan
semangat kita bisa menghidupkan atau bahkan mengendalikan suatu keadaan usaha
yang sangat genting sekali. Dengan semangat jiwa yang besar pula kita dapat
meraih yang namanya sukses, yaitu sukses dalam berwirausaha.
Oleh
karena itu diperlukan suatu gerakan untuk memberikan sosialisasi tentang cara
untuk mengubah seseorang menjadi wirausaha. Hal tersebut yang kemudian
menjadikan penulis untuk membuat makalah tentang apa-apa saja faktor yang dapat meningkatkan semangat
berwirausaha, kemudian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dari semangat
kerja wirausaha itu sendiri serta tipe-tipe wirausaha.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penyusun dapat
membuat rumusan masalah seperti berikut.
a.
Apasajakah faktor-faktor yang merubah seseorang menjadi wirausaha?
b.
Apasajakah tipe-tipe wirausaha?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang
diharapkan dari penulisan makalah ini adalah seperti berikut ini.
a. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dan
mengetahui tentang
faktor-faktor yang merubah seseorang menjadi wirausaha
b. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dan
mengetahui tipe-tipe
wirausaha.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Faktor-Faktor Merubah Jadi Wirausaha
2.1.1
Faktor Individual
Banyak ahli yang berpendapat bahwa
studi mereka akan membuahkan hasil apabila sifat wirausahawan dapat diungkap
lebih jauh, meskipun faktanya sifat tersebut tidak bisa dijadikan indikator
dalam mengukur perilaku wirausahawan. Namun, banyak yang percaya bahwa para
pengusaha memiliki sifat khusus, dimana sifat ini tidak dapat diajarkan. Berikut
sifat – sifat yang dimaksud:
a. Percaya
Diri
Para pengusaha
percaya dengan kemampuan dan konsep bisnis mereka. Mereka percaya bahwa mereka
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan apa yang mereka mulai. Rasa percaya
diri ini, bukan hanya omong kosong belaka. Banyak dari mereka yang memiliki
pengetahuan tentang pasar dan industri. Tak jarang dari mereka yang melakukan
berbagai investigasi untuk mencari informasi.
Bukanlah hal yang aneh apabila
seorang pengusaha belajar dari usaha orang lain. Mereka pun mengembangkan
usahanya sembari bekerja dari orang lain. Dengan demikian, mereka akan
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman untuk belajar dari kesalahan orang lain
pula.
b. Rasa
Antusias dalam Berbisnis
Para pengusaha harus lebih
bersemangat dalam menjalankan usahanya karena akan ada banyak rintangan yang
harus dilalui. Mereka yang kehilangan semangat dalam bekerja tidak akan sukses.
c. Tekad
yang Kuat
Hampir setiap pengusaha mempunyai
motivasi dan tekad yang kuat untuk mencapai sukses. Para pengusaha percaya
bahwa kesuksesan dan kegagalan mereka disebabkan oleh diri sendiri. Kualitas
diri ini juga disebut sebagai internal
locus of control. Seseorang yang percaya bahwa takdir, ekonomi, dan faktor
– faktor eksternal lainnya merupakan kunci kesuksesan tidak cocok menjadi
pengusaha.
d. Melihat
Perubahan Sebagai Peluang
Oleh orang awam, perubahan
merupakan sesuatu yang mengerikan dan harus dihindari. Para pengusaha
melihatnya sebagai sesuatu yang normal dan perlu. Mereka mencari perubahan, dan
menjawab perubaan itu, kemudian mencari peluang, dan akhirnya menciptakan
inovasi.
e. Perlunya
Inisiatif dan Pencapaian
Hampir setiap orang percaya bahwa
pengusaha yang sukses mengambil inisiatif penuh dalam situasi dimana yang lain
tidak akan maju. Keinginan para pengusaha untuk bertindak sesuai dengan ide
mereka terkadang sering mengaburkan pandangan mereka yang bukan pengusaha.
Banyak orang yang mempunyai ide brilian, namun ide – ide ini tidak pernah
direalisasikan. Para pengusaha bertindak berdasarkan idealis mereka untuk
mencapai sebuah hasil, sebuah pencapaian. Pencapaian itu kemudian diubah
menjadi dorongan dan inisiatif.
f. Tidak
Putus Asa Meskipun Gagal
Karena akan ada banyak rintangan
yang harus dilalui, seorang pengusaha tidak boleh menyerah begitu saja. Banyak
cerita sukses dari para pengusaha dimana mereka terus bangkit meskipun
kegagalan yang diraih sudah tak dapat dihitung lagi.
g. Pengolahan
Risiko
Dalam pandangan orang awam, para
pengusaha umumnya adalah orang–orang yang mudah mengambil risiko, itupun dalam
jumlah yang sangat besar. Hal ini tidak selamanya benar. Pertama, seperti yang
dikatakan diatas, mereka bekerja terlebih dahulu secara penuh, atau paruh
waktu. Lalu kemudian memulai bisnisnya secara perlahan, hingga akhirnya sampai
pada puncak kesuksesan.
h. Toleransi
akan Ambiguitas
Hidup seorang pengusaha sangatlah
tidak terstruktur. Tidak ada yang menetapkan jadwal dan proses langkah demi
langkah. Tidak ada yang menentukan berapa persentase kesuksesan. Banyak faktor–faktor
yang tidak bisa diukur seperti ekonomi, cuaca, dan perubahan keinginan konsumen
yang seringkali membawa dampak yang drastis dalam usaha. Hidup seorang
pengusaha bisa dikatakan hidup yang penuh dengan ambiguitas, tidak jelas.
Namun, pengusaha yang sukses merasa nyaman dengan semua itu.
i. Detil
danPerfeksionisme
Sebagian besar para pengusaha
perfeksionis. Segala sesuatunya dilakukan dengan sempurna, baik produk maupun
servis. Namun, hal ini kerap kali menjadi sumber frustasi pekerja yang bukan
perfeksionis. Oleh karenanya, para pekerja kerap melihat para pengusaha sebagai
orang yang sulit.
j. Persepsi
akan Menghabiskan Waktu
Para pengusaha sadar bahwa waktu
bergulir secara cepat dan mereka pun menjadi orang yang tidak sabaran. Karena
hal inilah, segala sesuatunya tidak pernah selesai dengan cepat dan mulailah
masuk ke dalam krisis. Orang–orang yang tidak terbiasa akan merasa risih dengan
hal ini.
k. Kreativitas
Salah satu alasan para pengusaha
sukses adalah karena mereka mempunyai imajinasi dan rencana–rencana lain.
Mereka memiliki kemampuan untuk melihat peluang lebih dari apa yang orang awam
lihat.
l. Kemampuan
untuk Melihat Secara Garis Besar
Para pengusaha seringkali melihat
sesuatu secara holistik, mereka dapat melihat garis besar ketika yang lain
hanya melihat bagian dari garis tersebut. Berdasarkan sebuah studi, seorang
pengusaha menjalankan usahanya dengan mencari informasi yang lebih banyak
tentang lingkungan kerjanya dibanding mereka yang tidak sukses. Dengan proses
ini, pengusaha melihat lingkungan kerja secara keseluruhan, dan membuat
rancangan kerja untuk memperbesar aktivitas usahanya.
2.1.2
Faktor Kultural
Sebuah penemuan yang
sangat umum apabila kebudayaan dan etnik dapat merepresentasikan sebuah jaringan
usaha, yang tentunya, orang–orang yang tergabung didalamnya merupakan
pengusaha. Namun, kecenderungan kultur ini masih belum jelas, karena setiap
individu dalam suatu kelompok budaya tidak semuanya menjadi pengusaha dengan
alasan yang sama.
Efek dari kultur dan
sifat etnis ini mungkin terangkai, karena menurut berbagai studi, kebudayaan
yang berbeda memiliki nilai dan kepercayaan yang berbeda pula. Sebagai contoh,
di Jepang dikenal ada sebuah pencapaian kultur dimana seseorang harus terus
berusaha sampai mereka sukses.
Faktur lain yang
penting adalah bagaimana kultur tersebut memiliki internal locus of control
atau tidak. Sebagai contoh, kultur di Amerika mendukung adanya internal locus,
sedangkan di Rusia tidak.
Kultur
juga mempengaruhi status kewirausahaan. Sebuah studi di Kanada, menyatakan
bahwa orang India melihat kewirausahaan sebagai sesuatu yang positif, sedangkan
orang–orang Haiti melihatnya sebagai kerjaan rendahan.
2.1.3
Faktor Masyarakat
Dalam
semua lingkungan sosial, ada orang yang tidak ingin menjadi pengusaha, tetapi
karena situasi dan kondisi, mereka terpaksa menjadi pengusaha. Para pekerja di
Amerika dapat dikategorikan dalam grup ini. Hal ini disebabkan karena perubahan
pangsa pasar. Para imigran diberbagai negara mencoba jalan ini apabila
kemampuan berbahasa dan ketrampilan mereka tidak sesuai. Ini disebut sebagai
adaptasi. Sebuah studi faktor–faktor etnokultural menyatakan bahwa tidak semua
pengusaha muncul lewat kelompok masyarakat yang menghargai
kewirausahaan. Mereka memilih untuk berwirausaha karena ada tekanan, dan
juga merupakan asimilasi sosial.
2.1.4
Kombinasi dari Ketiga
Faktor
Karena
ketekunan sangatlah sulit untuk diraih pada usia yang dewasa, sebaiknya jiwa
kewirausahaan ditanamkan pada anak–anak. Sebuah studi di sebuah TK
mengindikasikan bahwa setiap satu dari empat anak yang ada menunjukkan sifat
kewirausahaan. Setelah beranjak ke usia remaja, hanya 3 persen dari mereka yang
masih mempertahankan sifat tersebut. Pelajaran di sekolah tidak mengajarkan
sifat kewirausahaan, dan pada nyatanya lebih ke pengajaran teori dan individu.
Kreativitas dan kemampuan anak–anak pun menjadi berkurang, padahal kreativitas
itulah yang menjadi senjata utama dari pengusaha.
2.2
Tipe-Tipe
Wirausaha
Tipe paling mendasar dalam wirausaha adalah wirausaha bisnis, yaitu
wirausaha yang bergerak dalam bidang produksi barang dan jasa serta pemasarannya.
Banyak orang yang bertanya apa bedanya pengusaha biasa dengan wirausahawan
bisnis? padahal mereka melakukan hal yang sama, yaitu menghasilkan barang dan
jasa serta memasarkannya. Adapun perbedaannya yaitu sebagai berikut:
Penguasaha Biasa
|
Wirausahawan Bisnis
|
Memiliki sebuah usaha
|
Memiliki sebuah usaha
|
Biasanya bermain aman
|
Tegas dan ambisius
|
Biasanya berorientasi laba
|
Berorientasi pelanggan
|
Mendapatkan usaha dari membeli, donasi, atau warisan
|
Mencipta idenya sendiri dan mengubahnya menjadi
bisnis
|
Umumnya mengikuti pola yang sudah umum
|
Seorang inovator
|
Bekerja untuk perusahaan
|
Perusahaan bekerja untuknya
|
Biasanya merekrut orang untuk turut andil dalam
menghasilkan laba
|
Merekrut orang untuk membuat hidup mereka lebih baik
|
Intinya perbedaan dari penguasaha biasa dan wirausahawan bisnis adalah bahwa
penguasa biasa menjalankan bisnis di bidang yang sudah lazim dengan produk yang
lazim pula, sedangkan wirausahawan bisnis membangun bisnisnya dari ide
inovatifnya sendiri, serta lebih fokus pada kualitas produk dan kepuasan
pelanggan ketimbang terlalu fokus pada laba.
2.2.2
Creative Entrepreneur
Creative entrepreneur
adalah orang yang bergerak di bidang usaha menciptakan atau memanfaatkan
pengetahuan dan informasi. Contohnya adalah orang yang bergerak di bidang pembuatan film, iklan, video game, penerbitan buku,
musik, dan sebagainya. Dalam semua bidang tersebut, yang menjadi modal utamanya adalah kreativitas
dalam mencipta suuatu produk. Setiap produk yang dihasilkan oleh creative
entrepreneur merupakan produk yang unik dan karena itu memiliki perjalanan hidupnya
masing-masing.
Difinisi lain tentang creative entrepreneur yaitu dari seorang konsultan
kebijakan, John Howkins. John Howkins mendefinisikan creative entrepreneur
sebagai orang yang menggunakan kreativitas untuk memunculkan kekayaan di dalam
diri mereka sendiri ketimbang menggunakan modal eksternal.
2.2.3 Technopreneur
Technopreneur adalah seorang wirausahawan yang menghasilkan
kekayaan dengan cara memanfaatkan teknologi informasi yang pesat berkembang.
Membicarakan technopreneurship ini sangat menarik karena banyak begitu banyak
inovasi teknologi informasi, seperti Google maupun Apple yang tumbuh menjadi
sangat besar. Seorang technopreneur adalah
seorang yang berusaha memberikan layanan yang memberikan nilai tambah, rasa
gembira, atau ketagihan kepada mereka yang menikmati produknya.
2.2.4
Social Entrepreneur
Social entrepreneur adalah seorang wirausahawan yang bergerak
di bidang usaha perbaikan kondisi-sosial, lingkungan, pendidikan, dan ekonomi
masyarakatnya. Social entrepreneur adalah seorang yang menjalankan usahanya
menciptakan perbaikan social melalui pasar.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Banyak
ahli yang berpendapat bahwa studi mereka akan membuahkan hasil apabila sifat
wirausahawan dapat diungkap lebih jauh, meskipun faktanya sifat tersebut tidak
bisa dijadikan indikator dalam mengukur perilaku wirausahawan. Namun, banyak
yang percaya bahwa para pengusaha memiliki sifat khusus, dimana sifat ini tidak
dapat diajarkan.
Sifat
tersebut yaitu faktor individual seperti percaya diri, rasa antusias dalam berbisnis,
tekad yang kuat, melihat perubahan sebagai peluang, perlunya inisiatif dan
pencapaian, tidak putus asa meskipun gagal, pengolahan risiko, toleransi akan
ambiguitas, detil danperfeksionisme, persepsi akan menghabiskan waktu,
kreativitas dan kemampuan untuk melihat secara garis besar, faktor kultural,
faktor masyarakat dan kombinasi dari ketiga factor.
Tipe paling mendasar dalam wirausaha adalah wirausaha bisnis, yaitu
wirausaha yang bergerak dalam bidang produksi barang dan jasa serta pemasarannya.
Tipe-tipe wirausaha yaitu business entrepreneur, creative entrepreneur, technopreneur dan social
entrepreneur.
DAFTAR
PUSTAKA
Kasali Rhenald. 2010. Wirausaha Muda Mandiri. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Mubaroq, Mufti.
2012. Manajemen Praktis Kewirausahaan. Erlangga : Jakarta
Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses.
Salemba Empat : Jakarta.
Sangat membantu saya.
BalasHapus