KASUS 1
Ny.
Suci baru menerima terapi Clozapine untuk penyakit schizophrenia, dia
menanyakan pada Anda tentang tujuan pengobatannya dan efek samping yang mungkin
timbul. Saat Anda tanya apakah dokternya telah menjelaskan tentang obat
tersebut, nampaknya ia belum memahami tujuan dan efek samping obatnya. Obat
tersebut memiliki sejumlah efek samping, beberapa di antaranya bisa serius.
Menurut laporan Ny. Suci saat ia bertanya tentang efek samping kepada
dokternya, dokter hanya menjawab, “Saya mempunyai banyak pasien yang memakai
obat ini dan mereka baik-baik saja”. Anda khawatir Ny. Suci akan menolak
menggunakan obat tersebut jika Anda menceritakan efek sampingnya. Apa yang
seharusnya dikatakan kepada Ny. Suci
Penyelesaian:
Ny.
Suci tidak mengerti tentang tujuan terapi obat ataupun efek samping yang akan
terjadi. Ini dapat menyebabkan dia tidak konsen terhadap informasi yang
diberikan. Argumen terhadap informasi tersebut dapat memberikan rasa
takut pada Ny. Suci sehingga mungkin dia tidak minum obat yang dia butuhkan untuk
mengobati kondisi medisnya jika dia menyadari adanya efek samping. Prinsip yang
yang diambil dalam kasus ini adalah beneficence. Argumen lain terhadap
informasi untuk Ny. Suci mungkin difokuskan terhadap dokter, dipercayakan bahwa
informasi kepada pasien adalah tanggung jawab dokter atau kewenangan dokter
untuk memilih terapi yang tepat untuk dirinya. Argumen lainnya adalah ketakutan
terhadap perbedaan pemberian informasi antara dokter dan farmasi.
Prinsip
kemandirian dan kewenangan pasien untuk menentukan apa yang akan dilakukan
terhadap dirinya terhadap pertolongan yang farmasis berikan tentang obat
termasuk mengenai tujuan dan efek sampingnya. Mungkin farmasis perlu menelpon
dokter dari Ny. Suci untuk bersama-sama berunding tentang terapi dan memberikan
informasi yang yang tepat. Meskipun demikian, informasi tersebut harus tetap
diberikan sebelum Ny. Suci mengkonsumsi obatnya.
Kasus
ini menunjukkan konflik potensial yang terjadi antara diri farmasis dengan
orang lain (dokter) yang mengesampingkan kepentingan pasien. Dari sisi
kepatuhan pasien dalam hubungan pasien-apoteker terpengaruh terhadap posisi.
Farmasis mungkin mengambil posisi untuk berkompromi dengan posisi sebagai
dokter sesuai kebutuhan pasien. Meskipun prinsip manfaat dan kemandirian
mungkin menjadi masalah dalam kasus ini sisi penentuan pribadi oleh
pasien adalah sangat penting sebagai pertimbangan tertinggi. Ny. Suci mempunyai
informasi yang tepat untuk pengobatannya, namun bagaimanapun juga informasi
tersebut akan berdampak terhadap keputusan terkait pengobatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar