Sabtu, 02 April 2016

contoh kasus KIE

KASUS 1
Ny. Suci baru menerima terapi Clozapine untuk penyakit schizophrenia, dia menanyakan pada Anda tentang tujuan pengobatannya dan efek samping yang mungkin timbul. Saat Anda tanya apakah dokternya telah menjelaskan tentang obat tersebut, nampaknya ia belum memahami tujuan dan efek samping obatnya. Obat tersebut memiliki sejumlah efek samping, beberapa di antaranya bisa serius. Menurut laporan Ny. Suci saat ia bertanya tentang efek samping kepada dokternya, dokter hanya menjawab, “Saya mempunyai banyak pasien yang memakai obat ini dan mereka baik-baik saja”. Anda khawatir Ny. Suci akan menolak menggunakan obat tersebut jika Anda menceritakan efek sampingnya. Apa yang seharusnya dikatakan kepada Ny. Suci
Penyelesaian:
Ny. Suci tidak mengerti tentang tujuan terapi obat ataupun efek samping yang akan terjadi. Ini dapat menyebabkan dia tidak konsen terhadap informasi yang diberikan.  Argumen terhadap informasi tersebut dapat memberikan rasa takut pada Ny. Suci sehingga mungkin dia tidak minum obat yang dia butuhkan untuk mengobati kondisi medisnya jika dia menyadari adanya efek samping. Prinsip yang yang diambil dalam kasus ini adalah beneficence. Argumen lain terhadap informasi untuk Ny. Suci mungkin difokuskan terhadap dokter, dipercayakan bahwa informasi kepada pasien adalah tanggung jawab dokter atau kewenangan dokter untuk memilih terapi yang tepat untuk dirinya. Argumen lainnya adalah ketakutan terhadap perbedaan pemberian informasi antara dokter dan farmasi.
Prinsip kemandirian dan kewenangan pasien untuk menentukan apa yang akan dilakukan terhadap dirinya terhadap pertolongan yang farmasis berikan tentang obat termasuk mengenai tujuan dan efek sampingnya. Mungkin farmasis perlu menelpon dokter dari Ny. Suci untuk bersama-sama berunding tentang terapi dan memberikan informasi yang yang tepat. Meskipun demikian, informasi tersebut harus tetap diberikan sebelum Ny. Suci mengkonsumsi obatnya.

Kasus ini menunjukkan konflik potensial yang terjadi antara diri farmasis dengan orang lain (dokter) yang mengesampingkan kepentingan pasien. Dari sisi kepatuhan pasien dalam hubungan pasien-apoteker terpengaruh terhadap posisi. Farmasis mungkin mengambil posisi untuk berkompromi dengan posisi sebagai dokter sesuai kebutuhan pasien. Meskipun prinsip manfaat dan kemandirian mungkin menjadi masalah dalam kasus ini  sisi penentuan pribadi oleh pasien adalah sangat penting sebagai pertimbangan tertinggi. Ny. Suci mempunyai informasi yang tepat untuk pengobatannya, namun bagaimanapun juga informasi tersebut akan berdampak terhadap keputusan terkait pengobatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar