BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan
fungsi ginjal yang bersifat proggresif dan irreversible. Gangguan fungsi ginjal
ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dalah
darah. Menurut WHO penyakit gagal ginjal dan saluran kemih telah menyumbangkan
850.000 kematian setiap tahunnya.
Hal ini menyatakan bahwa penyakit gagal
ginjal kronik menduduki peringkat ke 12 tertinggi angka kematian atau angka ke
17 angka kecacatan, hingga tahun 2015 WHO memperkirakan sebanyak 36 juta orang
didunia meninggal akibat gagal ginjal kronik.
Di Indonesia penyakit gagal ginjal
kronik semakin banyak diderita warga masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat
dari data kunjungan ke poli ginjal, hipertensi ke rumah sakit dan semakin
banyaknya penderita yang harus cuci darah.
Usia dari populasi penduduk dan adanya
peningkatan prevalensi penyakit yang menjadi penyebab penyakit gagal ginjal
kronik seperti hipertensi dan diabetes, menggambarkan bahwa gagal ginjal kronik
dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat yang semakin berkembang di masa
depan. Dengan demikian dialysis dan transplantasi ginjal merupakan sarana
sebagai pilihan terapi pengganti fungsi ginjal akan semakin luas digunakan
seiring dengan meningkatnya jumlah penderita gagal ginjal kronik.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penyusun dapat
membuat rumusan masalah seperti berikut.
a. Apakah yang dimaksud dengan gagal ginjal kronik?
b. Apasajakah jenis-jenis gagal ginjal kronik?
c. Apasajakah etiologi dari gagal ginjal kronik?
d. Apasajakah tanda dan gejala dari gagal ginjal kronik?
e. Bagaimanakah patofisiologi dari gagal ginjal kronik?
f. Bagaimanakah diagnosis dari gagal ginjal kronik?
g. Bagaimanakah penatalaksanaan dari gagal ginjal kronik?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang
diharapkan dari penulisan makalah ini adalah seperti berikut ini.
a. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dan
mengetahui pengertian
dari gagal ginjal kronik
b. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dan
mengetahui jenis-jenis
dari gagal ginjal kronik
c. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dan
mengetahui etiologi
dari gagal ginjal kronik
d. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dan
mengetahui tanda
dan gejala dari gagal
ginjal kronik
e. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dan
mengetahui patofisiologis
dari gagal ginjal kronik
f. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dan
mengetahui diagnosis
dari gagal ginjal kronik
g. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dan
mengetahui penatalaksanaan
dari gagal ginjal kronik
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan
ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis
atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda
kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju
filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m², Kerusakan ginjal > 3
bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan
laju filtrasi glomerulus berdasarkan kelainan patologik, petanda kerusakan
ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan. Laju
filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m² selama > 3 bulan dengan atau
tanpa kerusakan ginjal.
2.2
Jenis-Jenis
Gagal Ginjal Kronik
Klasifikasi penyakit ginjal kronik
didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat (stage) penyakit dan dasar
diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar
LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcorft-Gault sebagai berikut:
LFG
(ml/menit/1,73m²) = (140-umur) x berat badan / 72x kreatinin plasma (mg/dl)*)
*)
pada perempuan dikalikan 0,85.
Tabel
1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit
|
||
Derajat
|
Penjelasan
|
LFG(ml/mnt/1,73m²)
|
1
|
Kerusakan ginjal dengan LFG
normal atau ↑
|
> 90
|
2
|
Kerusakan ginjal dengan LFG↓
ringan
|
60-89
|
3
|
Kerusakan ginjal dengan LFG↓
sedang
|
30-59
|
4
|
Kerusakan ginjal dengan LFG↓
berat
|
15- 29
|
5
|
Gagal ginjal
|
< 15 atau dialisis
|
Tabel
2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas dasar Diagnosis Etiologi
|
|
Penyakit
|
Tipe mayor (contoh)
|
Penyakit ginjal diabetes
|
Diabetes tipe 1 dan 2
|
Penyakit ginjal non diabetes
|
· Penyakit
glomerular (penyakit otoimun, infeksi sistemik, obat, neoplasia)
· Penyakit
vascular (penyakit pembuluh darah
besar, hipertensi, mikroangiopati)
· Penyakit
tubulointerstitial (pielonefritis kronik,
batu, obstruksi, keracunan obat)
· Penyakit
kistik (ginjal polikistik)
|
Penyakit pada transplantasi
|
·
Rejeksi kronik
·
Keracunanobat (siklosporin/takrolimus)
·
Penyakit recurrent (glomerular)
·
Transplant
glomerulopathy
|
2.3
Etiologi
Gagal Ginjal Kronik
Dari data yang dikumpulkan oleh
Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi
terbanyak sebagai berikut glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%),
hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%).
2.3.1 Glomerulonefritis
Istilah
glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang etiologinya
tidak jelas, akan tetapi secara umum memberikan gambaran histopatologi tertentu
pada glomerulus. Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, glomerulonefritis
dibedakan primer dan sekunder. Glomerulonefritis primer apabila penyakit
dasarnya berasal dari ginjal sendiri sedangkan glomerulonefritis sekunder
apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes
melitus, lupus eritematosus sistemik (LES), mieloma multipel, atau amiloidosis.
Gambaran
klinik glomerulonefritis mungkin tanpa keluhan dan ditemukan secara kebetulan
dari pemeriksaan urin rutin atau keluhan ringan atau keadaan darurat medik yang
harus memerlukan terapi pengganti ginjal seperti dialysis.
2.3.2 Diabetes
Mellitus
Menurut American Diabetes
Association (2003) dalam Soegondo (2005) diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes
melitus sering disebut sebagai the great
imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan. Gejalanya sangat bervariasi. Diabetes melitus dapat
timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya
perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering
ataupun berat badan yang menurun. Gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa
diperhatikan, sampai kemudian orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar
glukosa darahnya.
2.3.3 Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien
memakai obat antihipertensi (Mansjoer, 2001). Berdasarkan penyebabnya,
hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial atau
hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik, dan
hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi renal (Sidabutar, 1998).
2.3.4 Ginjal
Polikistik
Kista adalah suatu rongga yang
berdinding epitel dan berisi cairan atau material yang semisolid. Polikistik
berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat ditemukan kista-kista yang
tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medula. Selain oleh karena
kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai keadaan atau penyakit.
Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetik yang paling sering
didapatkan. Nama lain yang lebih dahulu dipakai adalah penyakit ginjal
polikistik dewasa (adult polycystic
kidney disease), oleh karena sebagian besar baru bermanifestasi pada usia
di atas 30 tahun. Ternyata kelainan ini dapat ditemukan pada fetus, bayi dan
anak kecil, sehingga istilah dominan autosomal lebih tepat dipakai daripada
istilah penyakit ginjal polikistik dewasa.
2.4
Tanda
dan Gejala Gagal Ginjal Kronik
a. Perubahan
frekuensi buang air kecil yang nyata pada warna air kencing
b. Sering
buang air kecil dimalam hari
c. Retensi
air didalam tubuh (wajah, tangan, kaki)
d. Nefsu
makan berkurang
e. Nyeri
f. Kelelahan
g. Tekanan
darah tinggi
2.5
Patofisiologi
Gagal Ginjal Kronik
Penurunan
fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun penyakit
primernya telah diatasi atau telah terkontrol. Hal ini menunjukkan adanya
mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang
berlangsung pada penyakit ginjal kronik. Bukti lain yang menguatkan adanya
mekanisme tersebut adalah adanya gambaran histologik ginjal yang sama pada
penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit primer apapun. Perubahan
dan adaptasi nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan
menyebabkan pembentukan jaringan ikat dan kerusakan nefron yang lebih lanjut.
Demikian seterusnya keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir
dengan gagal ginjal terminal.
2.6 Diagnosis Gagal Ginjal Kronik
Pendekatan
diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) mempunyai sasaran berikut:
a.
Memastikan adanya
penurunan faal ginjal (LFG)
b.
Mengejar etiologi GGK
yang mungkin dapat dikoreksi
c.
Mengidentifikasi semua
faktor pemburuk faal ginjal (reversible factors)
d.
Menentukan strategi
terapi rasional
e.
Meramalkan prognosis
Pendekatan diagnosis
mencapai sasaran yang diharapkan bila dilakukan pemeriksaan yang terarah dan
kronologis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik diagnosis dan pemeriksaan
penunjang diagnosis rutin dan khusus (Sukandar, 2006).
2.6.1
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesis
harus terarah dengan mengumpulkan semua keluhan yang berhubungan dengan retensi
atau akumulasi toksin azotemia, etiologi GGK, perjalanan penyakit termasuk
semua faktor yang dapat memperburuk faal ginjal (LFG). Gambaran klinik (keluhan
subjektif dan objektif termasuk kelainan laboratorium) mempunyai spektrum
klinik luas dan melibatkan banyak organ dan tergantung dari derajat penurunan
faal ginjal.
2.6.2
Pemeriksaan Laboratorium
Tujuan
pemeriksaan laboratorium yaitu memastikan dan menentukan derajat penurunan faal
ginjal (LFG), identifikasi etiologi dan menentukan perjalanan penyakit termasuk
semua faktor pemburuk faal ginjal.
a.
Pemeriksaan faal ginjal
(LFG): pemeriksaan ureum,
kreatinin serum dan asam urat serum sudah cukup memadai sebagai uji saring
untuk faal ginjal (LFG).
b.
Etiologi gagal ginjal
kronik (GGK): analisis
urin rutin, mikrobiologi urin, kimia darah, elektrolit dan imunodiagnosis.
c.
Pemeriksaan
laboratorium untuk perjalanan penyakit:
progresivitas penurunan faal ginjal, hemopoiesis,
elektrolit, endoktrin, dan pemeriksaan lain berdasarkan indikasi terutama
faktor pemburuk faal ginjal (LFG).
2.6.3
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
Pemeriksaan
penunjang diagnosis harus selektif sesuai dengan tujuannya, yaitu:
a.
Diagnosis etiologi GGK: beberapa pemeriksaan
penunjang diagnosis, yaitu foto polos perut, ultrasonografi (USG),
nefrotomogram, pielografi retrograde, pielografi antegrade dan Micturating
Cysto Urography (MCU).
b.
Diagnosis pemburuk faal
ginjal: pemeriksaan radiologi
dan radionuklida (renogram) dan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
2.7
Penatalaksanaan
Gagal Ginjal Kronik
2.7.1 Algoritma
2.7.2 Terapi
Nonfarmakologi
a. Terapi
diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau mengurangi toksin
azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama gangguan
keseimbangan negatif nitrogen.
b. Kebutuhan
jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat dengan tujuan utama,
yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara status nutrisi
dan memelihara status gizi. Pengaturan asupan kalori: 35 kal/kgBB ideal/hari
c. Bila
ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah diuresis
mencapai 2 L per hari.
d. Transfusi
darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan terapi
alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus
hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak.
e. Transplantasi
ginjal
f. Hemodialisis
g. Pengaturan
asupan lemak: 30-40% dari kalori total dan mengandung jumlah yang sama antara
asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh
h. Pengaturan
asupan karbohidrat: 50-60% dari kalori total
i. Garam
(NaCl): 2-3 gram/hari
j. Kalium:
40-70 mEq/kgBB/hari
k. Fosfor:
5-10 mg/kgBB/hari. Pasien HD: 17 mg/hari
l. Kalsium:
1400-1600 mg/hari
m. Besi:
10-18mg/hari
n. Magnesium:
200-300 mg/hari
o. Asam
folat pasien HD: 5mg
2.7.3 Terapi
Farmakologi
a. Kontrol
tekanan darah: penghambat EKA atau antagonis reseptor Angiotensin II → evaluasi
kreatinin dan kalium serum, bila terdapat peningkatan kreatinin > 35% atau
timbul hiperkalemia harus dihentikan, penghambat kalsium dan diuretic
b. Pada
pasien DM, kontrol gula darah → hindari pemakaian metformin dan obat-obat
sulfonilurea dengan masa kerja panjang. Target HbA1C untuk DM tipe 1 0,2 diatas
nilai normal tertinggi, untuk DM tipe 2 adalah 6%.
c. Kontrol
dislipidemia dengan target LDL,100 mg/dl dianjurkan golongan statin.
BAB
III
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Gagal ginjal
kronik atau penyakit renal tahap-akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia.
Etiologi dari GGK bias karena Glomerulonefritis kronis, hipertensi, kencing
manis (diabetes melitus), batu ginjal, infeksi kronis
saluran air kencing (virus TBC), Makanan, minuman dan obat-obatan (Nefron Toksik), Obesitas
dan rokok.
Diagnosa GGK bisa dilakukan dengan
cara pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan radilogis, pemeriksaan lainnya. Penatalaksanaan
penyakit ginjal kronik meliputi Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya,
Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid ccondition),
Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal. Terapi farmakologi dengan cara
terapi konservatif, simtomatik, pengganti ginjal
DAFTAR
PUSTAKA
Sukandar, Enday. 2006. Nefrologi
Klinik Edisi III. PPI Ilmu Penyakit Dalam RSHS: Bandung
Soegondo, Sidartawan, dkk.
2005.
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Terpadu. FKUI: Jakarta
Sidabutar, RP. 1998. Hipertensi
Esensial Ilmu Penyakit Dalam Edisi II. FKUI: Jakarta
LAMPIRAN
ANALISA
KASUS
Pasien bapak M umur 53 tahun datang
ke RS dengan keluhan udem pada kaki, kepala dan pinggang nyeri. Hasil
pemeriksaan menunjukkan nilai SrCr = 5,7, K=4,0. TD =190/80 mmHg. Diagnosa: GGK
stadium V + HD. Obat yang diberikan:
Furosemid inj. 10 mg 1x1
Ketorolac 40 mg 2x1
Ranitidine inj 50 mg 2x1
Asamfolat 5 mg 3x1
Vit. B12 1000 ug 3x1
Penyelesaian Kasus:
1.
Subjektif:
a.
Nama : Bapak M
b.
Umur :
53 tahun
c. Keluhan : udem pada kaki, kepala dan pinggang nyeri.
2.
Objektif : SrCr
= 5,7
K=4,0
TD
= 190/80
mmHg
3.
Assament
Pasien diagnosis Gagal ginjal
kronik stadium V dan Hemodialisis.
4.
Planning
a. Non Farmakologis
· Dianjurkan
melakukan diaisis. Dialisis (cuci darah) dilakukan dengan frekuensi minimal 2-3
kali seminggu, lamanya cuci darah minimal 4-5 jam untuk setiap kali tindakan.
Dialisis dilakukan pada gagal ginjal kronis pada stadium akhir dimana GFR nya
< 15 ml/menit.
· Cukup asupan
cairan (cukup minum) menurut keadaan ginjal dan jumlah produksi air seni.
Biasanya cairan yang diperlukan tubuh berkisar antara 1500-2000 ml per hari.
Jika jumlah air seni berkurang, pemberian cairan dilakukan berdasarkan jumlah
urine ditambah kehilangan air yang tidak terlihat seperti melalui tinja,
keringat dan paru-paru.
· Diet rendah protein untuk
pasien yang menjalani cuci darah secara kontinue. Menghitung asupan protein
bisa dilakukan dengan berat badan yang sebenarnya atau BB tanpa edema dikalikan
dengan 1,2 g protein/hari (untuk pasien cuci darah).
b. Farmakologis
· Furosemid inj 10
mg 1x1
· Ketorolac 40 mg
2x1
· Ranitidine inj
50 mg 2x1
· Asam folat 5 mg
3x1
· Vit. B12 1000 µg
3x1
c.
Monitoring
· Monitor
tekanan darah
· Monitor
serum kreatinin
· Monitor
jumlah cairan dalam tubuh
d.
KIE
· Bapak M disarankan untuk lebih sering
istirahat dan tidur teratur 10 jam sehari untuk memperbaiki kondisi
kesehatannya.
· Menjaga kondisi untuk tidak
kelelahan dalam melakukan pekerjaan dan menjaga kondisi untuk tidak stres.
· Jika terjadi
efek samping obat segera hubungi dokter.
· Informasikan
kepada pasien seputar ESO yang potensial terjadi.
· Jangan
mengganti sediaan obat ataupun dosis tanpa sepengetahuan dokter.
wihh nice info, saya pengunjung setia web anda
BalasHapuskunjung balik, di web kami banyak penawaran dan tips tentang kesehatan
Ada artikel menarik tentang obat tradisional yang mampu menyembuhkan penyakit berat, cek yuk
http://goldengamat.biz/obat-tradisional-gagal-ginjal-akut/